Setiap pemain sepak bola yang melakukan pelanggaran bisa mendapat
hukuman kartu kuning, bahkan kartu merah. Pernahkah terpikir kapan dan
bagaimana asal-muasalnya?
Sepak bola telah ada dan dipertandingkan sejak abad 19, namun
penggunaan kartu kuning dan merah baru terlaksana di pertengahan abad
20. Kisah ini berawal pada Piala Dunia 1966. Pada perempat final antara
tuan rumah Inggris dan Argentina kebetulan wasit yang memimpin
pertandingan berasal dari Jerman, yakni Rudolf Kreitlein.
?
?
Ilustrasi kartu kuning / bleacherreport.com?
Karena melakukan pelanggaran keras, kapten Argentina, Antonio Rattin,
harus dikeluarkan oleh Kreitlein. Masalah perbedaan bahasa membuat hal
ini sulit. Wasit asal Jerman ini hanya tahu bahasa Jerman dan Inggris,
sementara Rattin tak paham apa maksud wasit asal Jerman itu. Dia pun tak
segera meninggalkan lapangan. Wasit Inggris yang ikut bertugas
di pertandingan itu, Ken Aston, kemudian masuk ke lapangan. Dengan
sedikit modal bahasa Spanyol, dia merayu Rattin untuk meninggalkan
lapangan.
Setelah kasus ini, Ken Aston kemudian berpikir. Harus
ada komunikasi universal yang bisa langsung diketahui semua orang,
ketika wasit memberi peringatan kepada pemain atau mengeluarkannya dari
lapangan. Dengan demikian, wasit tak perlu harus membuat penjelasan
dengan bahasa yang mungkin tak diketahui pemain.
Suatu hari, dia
berhenti di perempatan jalan. Melihat lampu lalu lintas, tiba-tiba saja
ide muncul di otaknya. Jawabannya adalah: kartu berwarna, merah dan
kuning. Bila melakukan pelanggaran dan harus diberi peringatan keras,
maka kartu kuning harus diberikan. Sementara kartu merah untuk sanksi
berat, dan pemain yang melakukan pelanggaran berat itu harus keluar dari
lapangan.
harus dikeluarkan oleh Kreitlein. Masalah perbedaan bahasa membuat hal
ini sulit. Wasit asal Jerman ini hanya tahu bahasa Jerman dan Inggris,
sementara Rattin tak paham apa maksud wasit asal Jerman itu. Dia pun tak
segera meninggalkan lapangan. Wasit Inggris yang ikut bertugas
di pertandingan itu, Ken Aston, kemudian masuk ke lapangan. Dengan
sedikit modal bahasa Spanyol, dia merayu Rattin untuk meninggalkan
lapangan.
Setelah kasus ini, Ken Aston kemudian berpikir. Harus
ada komunikasi universal yang bisa langsung diketahui semua orang,
ketika wasit memberi peringatan kepada pemain atau mengeluarkannya dari
lapangan. Dengan demikian, wasit tak perlu harus membuat penjelasan
dengan bahasa yang mungkin tak diketahui pemain.
Suatu hari, dia
berhenti di perempatan jalan. Melihat lampu lalu lintas, tiba-tiba saja
ide muncul di otaknya. Jawabannya adalah: kartu berwarna, merah dan
kuning. Bila melakukan pelanggaran dan harus diberi peringatan keras,
maka kartu kuning harus diberikan. Sementara kartu merah untuk sanksi
berat, dan pemain yang melakukan pelanggaran berat itu harus keluar dari
lapangan.
confessionsofanewfootyfan.wordpress.com
Ia pun segera mengirim usulan pada organisasi sepak bola dunia, FIFA.
Dan, idenya langsung disetujui. Maka? di Piala Dunia 1970, kartu kuning
dan merah kali pertama digunakan. Ironisnya, sepanjang Piala Dunia 1970
tak satu pun pemain yang terkena kartu merah. Hanya kartu kuning yang
sempat dilayangkan sehingga kartu merah tak bisa “pamer diri” pada Piala
Dunia 1970.
Ada lagi satu hal unik lainnya. Meskipun ide tersebut datang dari wasit Inggris, negeri itu tak serta merta menerapkannya di kompetisi mereka. Kartu merah dan kuning baru digunakan di kompetisi sepak bola Inggris pada 1976. Pasalnya, wasit kemudian terlalu mudah mengeluarkan kartu dan diprotes banyak pemain. Oleh sebab itu, penggunaannya sempat dihentikan pada 1981 dan 1987.
?
Ada lagi satu hal unik lainnya. Meskipun ide tersebut datang dari wasit Inggris, negeri itu tak serta merta menerapkannya di kompetisi mereka. Kartu merah dan kuning baru digunakan di kompetisi sepak bola Inggris pada 1976. Pasalnya, wasit kemudian terlalu mudah mengeluarkan kartu dan diprotes banyak pemain. Oleh sebab itu, penggunaannya sempat dihentikan pada 1981 dan 1987.
?
Sumber:
wikipedia
unik4u
wikipedia
unik4u
Post a Comment